Guru Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal
(SM-3T) yang berjumlah 65 orang dari Sumatera Utara yang bertugas di
Kabupaten Seluma ternyata tidak digaji. Mereka hanya akan mendapatkan
biaya hidup sebesar Rp 2,5 juta perbulan. “Uang Rp 2,5 juta yang
dijanjikan itu bukanlah gaji. Kami menyebutnya biaya hidup. Karena nggak
mungkin kami mengajar selama 1 tahun di sini tanpa ada biaya hidup.
Kalau gaji nggak ada,” ujar Koordinator SM-3T, Muhammad Yusuf S.Pd
kepada RB.
Dikatakan Yusuf, sampai hari kesepuluh ini sejak guru SM-3T mulai
mengajar di Seluma, mereka belum juga mendapat kiriman biaya hidup.
Sedangkan bekal dan uang serap yang mereka bawa dari kampung halaman
mereka sudah menipis, bahkan ada beberapa guru yang sudah tidak lagi
mempunyai uang. “Harusnya biaya hidup dibayar di awal bulan untuk
keperluan hidup karena kami belum ada persiapan yang cukup,” kata Yusuf.
Selain itu, guru SM-3T juga tidak mempunyai fasilitas apa-apa.
Termasuk alat bantu komunikasi dan akses ke internet seperti modem, wifi
dan lainnya. Saat pertama tiba di Kabupaten Seluma, mereka hanya
diberikan dompet dan tas dari dinas pendidikan dan kebudayaan (Dikbud)
Kabupaten Seluma. Itupun hanya khusus untuk guru yang ditugaskan di
daerah pedalaman dan terpencil.
Sembari menunggu kiriman uang biaya hidup, kini guru SM-3T banyak
dibantu oleh masayarakat setempat. Kadang mereka dibantu dengan beras,
kue dan kadang-kadang diajak makan bersama oleh masyarakat. “Kalau
masalah uang, ada yang sampai minta dikirimkan uang dari keluarganya.
Uang biaya hidup mungkin dikirim akhir bulan,” ujar Yusuf.
Namun Yusuf mengatakan tidak ada satu pun dari guru SM-3T yang
mengeluh dengan keadaan tersebut. Merteka hanya berharap uang biaya
hidup segera ditransfer ke rekening mereka masing-masing. “Kami tidak
pernah mengeluh, karena kami sudah ditempa dan dilatih semi militer.
Lokasi jalan menuju sekolah yang sulit tetap kami tempuh,” kata Yusuf.
Termasuk untuk komunikasi dengan murid dan masyarakat setempat sudah
mulai dibiasakan. “Kami mulai menyesuaikan dialeg bahasa serawai.
Intinya kami sudah beradaptasi dan kami semua sudah merasa nyaman dengan
lingkungan sekolah tempat kami mengajar,” ujar Yusuf yang ditempatkan
di SMAN 3 Desa Padang Pelasan mengajar pelajaran seni dan budaya.
Sementara itu, Kepala dinas Dikbud Kabupaten Seluma Muksir Ibrahim
S.Pd melalui Kabid Dikmen Maryono M.Pd mengatakan turut prihatin dengan
kondisi guru SM-3T yang saat ini sedang kesulitan ekonomi untuk biaya
hidup di daerah pedalaman. “Kita akan mengimbau seluruh kepala sekolah
agar mau memberikan talangan atau pinjaman uang kepada guru SM-3T yang
membutuhkan,” ujar Maryono
Sumber : harianrakyatbengkulu.com



EmoticonEmoticon