Tidak terasa
besok (kamis 18/06/2015) bertemu kembali dengan bulan ramadhan. Biasaya
yang terbesit dalam pikiran saya ketika besok sudah puasa, bersiap menyambut bulan puasa dan segera
memesan tiket mudik. Namun kali
ini berbeda yang terbesit pada diri saya
ketika dibandingkan dengan masih dibengkulu, yang terbesit di pikaran saya
adalah melihat perbedaan cara menyambut bulan ramadhan di kampung (padang) dan
di aceh, puasa dan lebaran kali ini saya tidak bisa dikampung karena saya masih
bertugas di aceh kabupaten pidie jaya dalam program SM-3T. Dengan idsalim.com
ini saya berbagi sebuah cerita cara masyarakat aceh
menyambut puasa ramdhan, lebaran idul fitri dan idul adha.
Berikut
ceritanya.
Rakyat aceh punya cara tersendiri menyambut
datangnya bulan ramadan, lebaran idul fitri dan idul adha. Setiap menjelang ramadan,
lebaran idul fitri atau pun idul adha, di aceh selalu ada tradisi yang
dinamakan meugang. Meugang merupakan
tradisi dimana masyarakat aceh akan membeli daging di pasar untuk kemudian
dimasak dirumahnya bersama keluarga pada setiap menjelang puasa ramadhan dan lebaran.
Foto meugang di pasar meureudu Pidie Jaya
Tradisi ini sudah
sangat lama dan turun temurun. Selain H-1 atau H-2 lebaran, meugang juga ada
setiap H-1 atau H-2 puasa bulan ramadhan. Menurut cerita masyarakat setempat (Paru cot), meugang H-2 adalah megang
pegawai dan meugang pada H-1 adalah meugang masyarakat umum. Pada siang kemaren
H-2 puasa ramadhan 1436 H 2015 M dipagi hari sekitar jam 08.00 WIB saya
jalan-jalan ke kota meureudu, disimpang jalan menuju patai manohara sudah
terlihat orang berjualan daging sapi yang dinamakan meugang. Meugang puncaknya
yaitu pada H-1, disemua pasar-pasar kecamatan bahkan di pinggir jalan raya
dimana penduduknya ramai terlihat pemandagan orang jualan dagig sapi atau
meugang, pada H-1 ini lah masyarakat banyak membeli daging yang akan dimakan
bersama keluarga.
Menurut pantauan dan cerita masyarakat,
setiap keluarga minimal membeli satu kilogram daging di hari meugang. Hari
meugang memang dikenal sebagai hari makan besar di keluarga dalam masyakarat aceh.
Sehingga ada istilah bagi masyarakat aceh sesuai yang diceritakan pak edi
miswar "jak ranggaho jeut, uroe meugang na di rumoh", artinya pergi
kemanapun bisa, asalkan hari meugang ada di rumah. Pak edi bercerita, bagi
orang aceh pada hari meugang misalkan bagi para pelajar atau pun mahasiswa yang
menuntut ilmu diluar kota dan pekerja yang merantau mereka tetap akan pulang
kampung pada saat hari meugang. Meskipun kesibukan menghampirinya, namun
meugang tetap dinikmati bersama keluarga di rumah. Rasa sedih dirasakan
masyarakat aceh jika tidak bisa makan daging meugang bersama keluarga.


EmoticonEmoticon